Selasa, 23 Juni 2009

Chika

Pagi itu Chika mematut diri di kaca siap untuk berangkat mandi, menyisir rambutnya yang mulai berantakan dan mengusap wajahnya perlahan. Dalam hatinya berkata “kemana wajah menarikku yang dulu dikagumi banyak pria??, sudah tidak menarikkah aku kini ??” Chika mulai perlahan menarik pakaiannya hingga separoh badan, ia meraba tubuhnya perlahan, hatinya-pun kembali berbisik “ meski belum kendur, tapi tak sesintal dulu lagi, warna kulit yang sudah sedikit gelap, perut yang sedikit membuncit, sudah tidak rata” Chika semakin asyik dengan masa lalunya, ia menurunkan lagi busananya, kini ia bisa melihat seluruh tubuhnya tanpa busana. Ia berputar perlahan, pantat dan paha yang sudah tak semulus dulu lagi, merabanya perlahan tanpa melepaskan kenangan di masa yang sudah tiga tahun dilaluinya. Ia mulai membuka kran shower berharap bisa melunturkan dan melarutkan semua kenangan itu bersama aliran air yang mengguyurinya dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Dia sendiri tidak tahu apakah masa lalunya itu menjadi kenangan indah atau buruk baginya, namun yang pasti ia menikmatinya.

Tidak seperti biasanya, setelah selesai dengan pertunjukannya Chika segera meraih jaket panjang yang membalut tubuhnya hingga paha, sepatu boot yang menutup kaki indahnya setinggi lutut-pun tidak sempat ia lepaskan. “Chik… kan ada undangan di room, nggak ngikut??” Tanya Clara “Taiwan punya Chick, rugi lho gak ngikut, tips-nya banyak, nggak ngapa-ngapain, cuman nemenin minum doang” Astrid menimpali “Sorry gua lagi buru-buru” kata Chika sambil kemas-kemas dan siap menenteng tas-nya “kaya’ nggak tau Chika sich, kalo’ udah kaya’ kebakaran jenggot gitu berarti ada yang ngejar-ngejar pake nekat” Maya menimpali, Chika hanya membalasnya dengan senyuman dan kerlingan mata, namun Chika terperanjat, begitu membuka pintu ruangan riasnya, ia berpapasan dengan beberapa orang pria. “Chika, tadi ko (panggilan kakak laki-laki bagi orang china, tionghoa, atau sejenisnya) Robby sudah meminta ijin saya untuk membawa kamu keluar, sekarang terserah kamu” kata seorang pria yang biasa di panggil papi oleh anak buahnya (termasuk Chika) “ Ko… saya sudah bilang sama situ, saya nggak bisa, lusa saya ada pertunjukan di Surabaya, saya pengen istirahat” tolak Chika halus “ayolah Chika, nggak ngapa-ngapain kok cuman jalan-jalan aja, lagian kita sama-sama cari duit, ngertiin saya dong sebagai guide yang pengen menservice tamu, please…” pinta Robby sambil mengatupkan kedua tangannya, ganti Chika membalasnya dengan sikap yang sama “aku yang mohon sama koko, kita sama-sama orang pribumi, tolong lindungi aku sebagai wanita timur yang lemah dan ingin di hargai, aku mohon jangan paksa aku” pinta Chika balik, di luar dugaan Robby membalasnya dengan senyum sinisnya “Chik mikir yach… kamu minta dihargai berapa?? Kamu kerja sebagai apa??!! Ini kan harga kamu?!!” kata Robby sambil menunjukkan uang gepokan “makasih nggak butuh!” tampik Chika sambil berlalu dan matanya berkaca-kaca , saat Chika mau beranjak pergi, seseorang menarik tangannya “ I beg you please, just as friend, not for sleep, I promise” pinta tamu Robby sambil bersimpuh di hadapanku memohon, aku tahu Robby melarangnya untuk memilihku, meski mereka berbicara dengan bahasa taiwannya, aku mengerti maksud pembicaraannya, aku mengangkat pundaknya agar ia mau berdiri, aku raih tangannya, air mataku berlinang karena kata-kata Robby “sorry” jawabku sambil mencium pipinya dan berlalu, papi berusaha mengejarnya, Chika tidak memperdulikannya. Entah sudah berapa kali Chika berbuat seperti itu pada pria-pria hidung belang yang mengaguminya, namun baru kali ini dia merasa sakit, biasanya dia menikmati saja kekecewaan yang ada pada pria-pria yang berusaha untuk menggaetnya dengan uang. Sudah tekadnya, untuk membalas sakit hatinya pada semua pria, membuat pria menderita dan memohon padanya itu adalah impian seorang Chika. Karena hidupnya, masa depannya sudah terlebih dulu dihancurkan seorang pria egois dan tidak beradab.

Setelah lebih kurang 45 menit berada di udara, akhirnya pesawat yang berangkat dari Surabaya mendarat juga di bandara Ngurah Rai dengan mulus, semulus paha-paha beberapa gadis yang siap diterbangkan kemana saja hanya untuk mempertontonkan liukan tubuh mereka yang kadang mengundang birahi para lelaki. Setelah mengambil tas kopornya, Chika memisahkan diri dari teman-teman dan managernya “ Sorry yaa aku duluan” pamit Chika pada teman-temannya, Chika bergegas keluar dan sebuah mobil limousine hitam menghampirinya, dua orang pria berkemeja hitam lengkap dengan kacamatanya menghampiri Chika, membukakan pintu dan mengambil kopor Chika, ternyata didalam sudah menunggu seorang pria yang sebenarnya sudah separoh baya, namun kulitnya masih segar dan kencang “Hai yaaank, cape’ yaaa…” sapa pria itu pada Chika sambil mengecup bibir mungil Chika “lumayan oom, istirahatnya nggak bisa lama coz’ check out pagi-pagi sich” kata chika “gimana kalau kita santai dulu di spa” Tanya pria separoh baya yang kerap ia sapa dengan ‘om Andre’ , hingga detik ini ia tidak pernah tahu identitas pria tersebut, yang ia tahu om Andre selalu memasok dana untuk biaya sewa kamar, dan semua kebutuhan Chika termasuk doping yang kadang ia butuhkan jika ia harus terus meliukkan tubuhnya sementara lelah menghampiri, hingga rasa lelah itu hilang begitu saja, dan menjadi semangat 45. Om Andre juga tidak pernah sekalipun meminta Chika untuk menemaninya tidur walau hanya untuk beberapa jam, karena sudah komitmen awal Chika dan om Andre untuk tidak menyentuhnya terlalu jauh, jika memang om Andre terlalu berhasrat untuk kesana om Andre selalu menerima tawaran Chika untuk menggunakan gadis lain sebagai pemuas hasratnya. Entahlah, om Andre bagai Angel bagi Chika. Di manapun Chika show, om Andre siap dengan bodyguardnya meski perusahaan Chika sendiri sudah menyediakan bodyguard yang hanya mengawal mereka meski hanya pada saat naik dan turun panggung. Chika juga melarang bodyguard yang dikirim om Andre untuknya agar tidak terlalu jauh menjaganya, mereka hanya boleh dekat dengan Chika jika ia sudah tidak bisa menghindar. Pernah suatu malam, saat Chika tengah mabuk berat, seorang cowo’ mahasiswa memanfaatkan kesempatan itu dengan menawarkan mengantar Chika pulang, ternyata cowok itu membelokkannya di sebuah hotel, untungnya saat cowo’ itu sedang transaksi di lobby hotel, bodyguard om Andre menculiknya dan mengantarkan Chika pulang ke kostnya, meski dengan lunglai dan setengah sadar, Chika masih ingat apa yang sudah terjadi. Alhasil keesokannya cowo’ itu datang ke pub tempat Chika bekerja, tapi entah kenapa cowok itu bahkan tidak berani untuk menghampirinya. Chika merasa bersyukur Tuhan mengirimkan seorang Andre baginya. Tapi om Andre menghilang begitu saja saat Chika memutuskan untuk berhenti dari dunianya dan mencoba kembali ke kehidupan normal. Om Andre hanya memberinya modal untuk kehidupan setahun, mencari pekerjaan yang halal dan layak, Chika bertekat untuk bisa meneruskan pendidikannya ke bangku kuliah dan menjalani kehidupan normalnya, sayangnya kuliah belum selesai orangtua Chika memintanya untuk kembali pulang setelah empat tahun dia pergi dan meninggalkan keluarga, hingga mengantarkan ia kekehidupannya saat ini.

“Maaa… ayah nelfon !” teriak seorang gadis kecil membuyarkan lamunan Chika yang sudah hampir satu jam berada di kamar mandi, dan dia menerima handphone dari tangan mungil Emmy anak sulung dari suaminya “ada apa… puas loe ngecewain gua !!, sudah seminggu gua siapkan ini semua, berharap bikin elu bangga, bahagia, tapi hanya karena kesalahan kecil elu hancurin semua, termasuk perasaan gue ! ” Tanya Chika dengan isak tangisnya yang mulai meledak, “ ouh… gua hargain usaha elu untuk merayakan HUT gue, dengan ngasih gue surprise di sebuah hotel berbintang, dengan mengundang keluarga dan orang-orang terdekat gue, tapi apa iya pesta itu buat gue, sedangkan elu aja bisa lupa nggak ngebawain pakaian tidur buat gue, alat-alat gue mandi, sedangkan hari ini gue mesti kekantor pagi-pagi, belum kerjaan gue banyak, elu nggak mikirin itu khaaan ???, makanya lain kali koordinasi dulu, gue ada waktu nggak buat hal-hal nggak penting kaya’ gini, pake acara dandan lagi kaya’ ondel-ondel” maki Troy suami Chika “ yaaah… gua sibuk nyiapin semuanya buat elu. Booking hotel, nyari konsumsi, kue tart, membuat scenario untuk ngasih elu surprise, berhari-hari gua siapin semua, cuman gara-gara gua lupa nggak bawain elu baju ganti dan perlengkapan dandan, elu tega bikin gue nangis, sedangkan gue berusaha untuk bikin elu tersenyum tulus dan menatap gue dengan kasih sayang sambil bilang ‘makasih ya sayang’ , kalo elu berpikir gua mengharap kata terima kasih dari elu, bukan… bukan itu yang gua harap, tapi gua berharap bisa menemukan kasih sayang yang tulus dari tatapan loe, bukan tatapan yang penuh amarah dan nafsu, karena tatapan itu sudah sering gua dapat di kehidupan gua yang dulu, terus kalo elu berpikir gua nggak tau kesibukan elu, itu salah !! justru karena elu nggak pernah punya waktu bahkan untuk diri lu sendiri, makanya gua rayain ulang tahun elu ini, gua sebagai istri pengen menjadi hujan ditengah teriknya matahari agar gua bisa memberi kesejukan bagi suami gue, tapi kalo maksud ini-pun elu anggap salah, terserah, kapan sich gua pernah benar di mata elu!” tanpa banyak bicara lagi, Chika menutup telfonnya, kembali dia mengguyur tubuhnya dan menangis sekencang-kencangnya. Setelah puas menangis dan meratapi dirinya sendiri Chika bergegas mengganti pakaian dan merapikan tas kopornya, karena dia harus segera checkout pagi itu. Tidak lama kemudian terdengar bunyi bel dari pintu kamar, dia berharap suaminya datang dan menjemputnya untuk membawanya pulang tapi ternyata…. “ma… om A’im” kata Ocha anak pertama dari mantan istrinya Troy yang kedua, perlu di ketahui sebelum memutuskan untuk menikahi Chika, Troy sudah beristri dua, dari istri pertamanya ia mendapatkan seorang putri bernama Emmy, dan dari istri kedua ia mempunyai tiga orang anak, yang salah satunya ada bersama Chika dari sejak umur 3 tahun, hingga kini berusia 7 tahun. Ada perasaan kecewa begitu dia melihat A’im, pria yang bukan siapa-siapa dan diajak tinggal bersama oleh Troy, naasnya pria ini menaruh hati pada Chika. “ aku kesini untuk menjemput kalian, karena bang Troy lagi sibuk” kata Aim tanpa kami Tanya “ dia yang menyuruh kamu datang kesini?” Tanya Chika “ enggak, karena aku nggak tega melihat kamu mengurus ini semua sendiri” katanya, dalam hati Chika berkata, mungkin ini hanya trik kamu aja untuk menarik simpatiku, tapi kamu salah kalo menganggap aku terpedaya dengan simpati murahan seprti ini. Dalam perjalanan pulang hati Chika bergejolak. Troy yang penuh dengan amarah dan egonya selalu membuat Chika merasa tidak pernah dihargai, kerap membuatnya menangis sendiri. Dan masa lalu - masa lalu itu selalu membayangi. Kemewahan yang ia rasakan, perlakuan-perlakuan istimewa bak seorang ratu yang ia terima bukan hanya dari om Andre namun juga dari pria-pria hidung belang lain yang berusaha untuk mendapatkan perhatian dan cintanya pada awalnya, dan tubuhnya pada akhirnya. Semua sangat bertolak belakang dengan keadaannya yang saat ini tidak lebih dari melayani suami lahir dan bathin, melayani anak-anaknya, yang dari keduanya terkadang ia merasa tidak di hargai dan selalu salah. Sebenarnya yang di inginkan bukanlah kehidupan yang muluk. Ia tidak menginginkan kemewahan karena ia tahu itu semu, ia hanya ingin disayang setulusnya, dihargai seikhlasnya. Karena ia juga berusaha untuk melayani suami dan anak tirinya setulus hatinya. Hanya saja permasalahan rumah tangga tidak sesimple itu, apalagi dengan statusnya sebagai ibu tiri, yang siap disalahkan oleh pihak manapun jika ada kesalahan yang tanpa sengaja diperbuat pada anak-anak tirinya. Namun ia bersyukur, anak-anak tirinya menyayanginya lebih dari ibu kandung mereka, itulah yang kadang membesarkan hati Chika dan menjadikan dia bertekat untuk mengasuh dan mendidik anak-anak tirinya menjadi wanita yang penuh harga diri, bukan wanita yang dihargai oleh segenggam uang seperti dirinya dulu. Dan kini setiap ia ada masalah ia bersimpuh dihadapanNYA, menangis meraung-raung, dan baru merasa lega setelah ia membaca ayat-ayat dalam kitabNYA, namun ia masih merasa tidak mendapat jawaban apa-apa dari-NYA. Sedangkan dulu…… Saat ia hanya meminta dalam do’a . PertolonganNYA selalu ada dan dia rasa nyata. Saat dia di fitnah menggunakan guna-guna hingga semua pria hanya mencarinya, saat pria-pria mengambil kesempatan pada saat dia terpengaruh alcohol, saat dia sudah terjebak di sebuah kamar bersama seorang pria dan berhasil meloloskan diri, saat tengah malam dia hampir dikerjain beberapa cowok ABG namun ia juga berhasil lari dan diselamatkan seorang sopir taxi, dan saat-saat terhimpit lainnya namun ia selalu terselamatkan. Tapi kini…. Dimana DIA, saat keluarga Troy mencemooh ketidak becusannya menjaga anak??, dimana DIA saat Troy tidak menghargainya dan kadang melecehkannya dihadapan temen-temannya meski hanya berupa sebuah gurauan,dimana DIA saat Troy melakukan hubungan suami istri dengannya dan selalu ingin melibatkan orang lain untuk ikut menikmati tubuh chika, ataupun sebaliknya, dimana DIA saat mantan-mantan Troy mencibirinya karena masa lalunya ?? salahkah jika Chika menganggap masa kelamnya adalah masa yang indah baginya ?? namun ia bertekat dan mencoba bertahan sebisa mungkin, ia yakin DIA tidak meninggalkannya, justru DIA sedang mengujinya agar kelak Chika mendapat tempat yang layak disisi-NYA, amin. Namun sampai kapan ini semua harus dilaluinya ??? berdosakah jika ia meninggalkan Troy tanpa keputusan ?? ataukah lebih berdosa lagi jika ia meluluhkan keinginan Troy untuk membiarkan orang ketiga berada di ranjang mereka ???. sedangkan Chika memutuskan untuk menikah dengan Troy karena Troy seiman dengannya, sebab sebelumnya Chika terbelenggu oleh cinta sejati seorang pria yang berbeda keyakinan di Bali, namun ia sangat mencintai Chika apa adanya, pria yang pernah menjadi bodyguardnya bukan hanya di setiap show-nya, pria yang tahu betul apa profesinya namun sama sekali tidak menyentuhnya. Chika memilih Troy juga karena Troy sudah punya anak, sedangkan kelemahan Chika, ia takut tidak bisa memberi keturunan pada pria yang kelak akan menikahinya karena keterbatasannya, ya… chika mempunyai kekurangan sebagai wanita, ia tidak bisa memberi keturunan layaknya wanita-wanita lainnya. Mungkin karena kandungannya sudah kering akibat alcohol dan obat-obatan terlarang yang banyak ia konsumsi.

Ya Allah……. Harus bagaimana lagi menghadapi manusia seperti Troy ??? Hari ini Troy marah-marah akibat kekurangan uang atas usaha mereka, mungkin orang mentertawakan jika tahu jumlah nominal yang hilang itu Cuma sebesar dua puluh Sembilan ribu rupiah, namun bagi Troy, jangan suka mengabaikan hal-hal kecil karena itu akan berakibat besar. Namun terbayangkah di otaknya, terbersitkah dalam hatinya ??? Chika juga wanita biasa, punya perasaan !! tapi tega-teganya dia memaki- maki Chika dihadapan temen-temennya. Selama ini Chika bisa memaklumi, mungkin dengan begitu Troy merasa terakui sebagai kepala rumah tangga, pemimpin rumah tangga, or anything.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Seru tuch ceritanya, tapi kok belum selesai sich (kayaknya....)

Anonim mengatakan...

Kok Belum selesai yach....
masa gak ada endingnya.....

Anonim mengatakan...

Belum selesai semuanya yach.... ?

Kok endingnya gak seru sich ?

Roy Al-Ayyubi mengatakan...

emang belum selesai kok... tunggu aza lanjutannya